Di malam yang larut ini, di mana suara detik jam seirama dengan suara detak jantung, aku berdiri di depan cermin. Aku menatap wajahku yang sembab karena air mata. Aku tatap lama bayanganku di cermin, hampir tak berkedip. Air mata ini tak kunjung berhenti mengalir, hatiku terasa sakit sekali. Pundakku mulai berguncang hebat pada saat tangisku mulai kencang, meski begitu aku tetap menatap lekat-lekat bayanganku di cermin. Tiba-tiba saja bayanganku di cermin tersenyum menghibur. Aku kaget, aku tidak sedang tersenyum. aku sedang cemberut muram. Kemudian bayanganku mengusap air mata yang membasahi pipinya. Dan anehnya, aku masih tetap menangis. Ada apa ini? Kulekatkan kedua tanganku di depan cermin, dan dia bayanganku juga meletakkan kedua tangannya tepat di depan kedua tanganku. Lama sekali aku lekatkan kedua tanganku di cermin tanpa sedikit pun bergeming, begitu pula bayanganku. Tiba-tiba senyumku merekah dan akhirnya aku mengerti, "Aku tak berpikir dia nyata tapi aku merasakan dia ada. Ada untuk membasuh luka hati ini."